Menyeduh Hikmah dari Buku “Mengikat Makna”

Saya baru saja membaca buku “Mengikat Makna” karya Hernowo. Buku yang memberikan pelajaran luar biasa tentang menulis. Membuat saya tidak merasa bosan dan jenuh untuk melahap tiap halaman dari buku tersebut. Mengikat makna yang dimaksud oleh Hernowo adalah upaya memadukan aktivitas membaca dan menulis. “membaca untuk menulis, dan menulis untuk membaca”, begitulah ungkapan beliau dalam bukunya tersebut.

Menulis bukanlah kegiatan yang menjemukan, justru ia harus menjadi kegiatan yang menyenangkan. Menulis hakikatnya adalah ungkapan jiwa, menuangkan gagasan dan menyampaikan ide kepada orang lain.

Membaca dan menulis adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Ibarat suami istri, keduanya saling membutuhkan satu sama lain. Agar aktivitas membaca menjadi bermakna maka tuliskanlah kembali apa yang dibaca. Karena dengan itu membaca menjadi tidak sia-sia. Begitulah pesan yang saya tangkap dari Hernowo dalam bukunya tersebut.

Menulis merupakan upaya untuk merekam dan mendokumentasikan apa yang telah dibaca. Sehingga informasi yang di dapat dari membaca menancap kuat dalam memori kita. Namun yang jauh lebih penting adalah apa manfaat membaca dan menulis bagi kita. Sudahkah kita merasa nyaman dengan kedua aktifitas ini? Jika kita masih merasakan bahwa membaca dan menulis merupakan beban, maka sejatinya kita tak mendapatkan apa-apa.

Mengikat makna adalah menangkap gagasan yang tertuang dalam buku ketika kita membaca. Kemudian kita mengungkapkan dan menuangkannya kembali dalam bentuk tulisan dengan bahasa kita sendiri. Membaca juga akan memperkaya kata-kata. Semakin banyak kita membaca maka semakin banyak pula perbendaharaan kata-kata kita. Hal ini akan memudahkan kita dalam menulis.

Buku “Mengikat Makna” ini memang luar biasa. Ketika saya membacanya, saya menemukan perubahan dalam diri pribadi saya. Ada kemauan yang kuat untuk terus menulis dan membaca. Saya merasakan manfaat dari membaca buku ini. Oleh karenanya, saya merasa tidak sia-sia untuk melahapnya sampai tuntas. Saya merasakan bahwa saat inilah saya menemukan epifani hidup saya. Epifani –sebagaimana yang dijelaskan oleh Jalaludin Rakhmat- adalah peristiwa besar yang terjadi pada diri seseorang yang mampu membawa perubahan para diri pribadi orang tersebut. Inilah yang saya rasakan. Ada perasaan yang sangat kuat untuk terus menulis. Dan saat ini pun saya merasa sangat nyaman ketika menulis terlebih ketika mencurahkan isi hati saya dalam bentuk tulisan. Ada perasaan bahagia dan jauh dari perasaan tertekan dan menyiksa.

Tentu saya pribadi harus terus melakukan perbaikan dalam tulisan-tulisan saya. Oleh karena itu, saya pun tak boleh berhenti membaca. Karena hal itu adalah cara bagi saya untuk memperkaya wawasan dan menambah kualitas tulisan saya. Saya berharap orang lain bisa menyeduh makna yang kuat dari tulisan saya. Sehingga bisa mengambil manfaat darinya.

Menulis sejatinya adalah mengikat ilmu. Sebagaimana perkataan Ali bin abi Thalib r.a., “ikatlah ilmu dengan menuliskannya”. Walhasil, membaca dan menulis adalah dua hal yang meningkatkan kualitas hidup saya. Bagaimana dengan Anda? []

Leave a comment